Kanal Kreasi

Mira Lesmana: Menjadi Kreatif di Industri kreatif

Sumber Gambar: Instagram/Mira Lesmana (@Mirles)

Mira Lesmana lahir di Jakarta, 8 Agustus 1964. Mira Lesmana memiliki jiwa seni yang tak lepas dari pengaruh kedua orang tuanya yang dikenal sebagai musisi kenamaan tanah air.

Menyukai Dongeng

Mira Lesmana kecil suka dibacakan dongeng oleh ibunya. Ia dengan tekun dan menikmati saat mendengarkan cerita-cerita yang dibacakan ibunya. Mbak Sani yakni pengasuh Mira saat kecil juga senang membacakan dongeng sambil menyuapinya. Selain menyukai dongeng, Mira Lesmana juga memiliki hobi membaca sehingga ia dapat menemukan sendiri keasyikan dari membaca buku juga menulis puisi. Selain kegiatan literasi, Mira Lesmana juga berminat dengan fotografi yang kelak menjadi calon jurusan kuliah yang hampir ia datangi. Mira Lesmana dapat menemukan keasyikan dari buku-buku cerita dan menulis puisi.

Masa Pendidikan

Mira Lesmana juga menikmati masa-masa sekolahnya sehingga ia mendapatkan nilai akademis yang selalu baik dan mendapatkan peringkat di kelas. Mira Lesmana juga aktif dalam mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Meskipun memiliki kegiatan akademis yang aktif Mira Lesmana belajar banyak dari ayahnya yakni Pak Jack yang merupakan sosok disiplin waktu. Mira Lesmana banyak belajar tentang kedisiplinan saat bekerja sehingga saat sudah bekerja di industri film sebagai produser ia berusaha untuk selalu disiplin dalam menyelesaikan pekerjaannya dan berusaha untuk tepat waktu dan menepati janji dengan orang lain saat bekerja.

Pindah ke Australia

Mira Lesmana bersama keluarganya memulai hidup baru di Australia yang dapat dikatakan tidak mudah. Mira Lesmana kemudian memasuki jenjang SMA di Australia yakni di sekolah khusus perempuan. Mira Lesmana merasa tidak cocok kemudian ia pindah ke sekolah dengan kualitas lebih baik dan sistem yang dinamis bernama Australia International Independence School (AIIS). Pak Jack sekeluarga juga bekerja sambilan untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Mira Lesmana juga ikut bekerja sambilan di pabrik komponen elektronik saat libur tiba kemudian uang yang dihasilkannya dipakai untuk memenuhi hobinya untuk menonton film. Selain gemar menonton film di gedung bioskop, Mira Lesmana juga menonton film di televisi.

Sejalan dengan hobinya menonton film, Mira Lesmana mendaftarkan dirinya untuk kuliah di bidang hukum dan jurusan film. Sekolah film yang dia daftar adalah Australia Center for Photography di Sydney. Saat mendaftar jurusan film, Mira Lesmana harus menelan kekecewaan karena pihak kampus menolaknya dengan alasan bahwa calon mahasiswa baru harus memiliki karya film sebelumnya. Pihak kampus juga menawarkan kepada Mira Lesmana untuk mengambil jurusan fotografi atau bisa juga mendaftar jurusan sinematografi di Institut Kesenian Jakarta (IKJ). Saat itu IKJ memang sedang memiliki program kerja sama pertukaran pelajar dengan sekolah film di Sydney.                    

Belajar dengan Tekun di Sekolah Film

Sempat mengambil kelas fotografi di Sydney kemudian Mira Lesmana memutuskan kuliah di IKJ yang berakhir pada keluarganya menyudahi petualangannya di negeri kanguru. Mira Lesmana begitu semangat menimba ilmu di IKJ karena selama kuliah ia belajar langsung dari tokoh-tokoh perfilman nasional seperti mendiang sutradara hebat Indonesia yakni Almarhum Teguh Karya, Almarhum Nya Abbas Akub, dan Slamet Rahardjo.

Dari para sutradara hebat itu Mira Lesmana belajar banyak hal seperti” kalau tidak penting, film itu tidak usah dibuat.” Dengan begitu, selalu ada pelajaran atau nilai-nilai hidup yang dibawa pulang oleh penonton setelah layar bioskop ditutup. Di IKJ, Mira Lesmana menekuni dunia film. Pilihan inilah yang menentukan masa depannya kelak.

Pada tahun 1988 Mira Lesmana lulus dari IKJ. Kemudian ia memulai bekerja di dunia periklanan. Setelah empat tahun berkarir sebagai asisten produser ia juga membuat video klip untuk musisi ternama Indonesia. Setelah sukses berkarya di dunia periklanan, Mira Lesmana memutuskan untuk meninggalkan perusahaan tempatnya bekerja kemudian ia mendirikan rumah produksi yang diberi nama Miles Films. Miles merupakan singkatan nama Mira Lesmana. Namun, bisa juga diartikan sebagai kata miles dalam bahasa Inggris yang mengacu pada perjalanan panjang. Mira Lesmana bercita-cita perusahaan yang dibesarkannya ini memiliki usia yang panjang dalam industri kreatif tanah air.

Membangkitkan Perfilman Indonesia dengan Film Luar Biasa

Mira Lesmana juga sering berduet dengan rekannya yaitu Riri Riza untuk membuat film-film penting di rumah produksi Miles Films yang disutradarai oleh Riri Riza, dan Mira Lesmana sendiri sebagai produsernya. Film-film populer tersebut antara lain Gie, Tiga Hari untuk Selamanya, Laskar Pelangi, Kulari ke Pantai, dan Bebas.

Bagi Mira Lesmana, membuat film selalu menyenangkan. Produser merupakan posisi yang sangat penting dalam produksi sebuah film karena produserlah sosok yang paling memahami segala hal mengenai proses produksi program tayangan dan siaran tersebut. Produser adalah seseorang yang mengawasi atau membiayai suatu karya (seperti pertunjukan yang dipentaskan atau direkam) untuk pameran atau diseminasi kepada publik. Produser juga terlibat dalam pencarian bakat, penulisan skenario, penyuntingan gambar, dan lain sebagainnya.

Mencintai Indonesia dengan Karya-Karya Besarnya

Film-film karya Mira Lesmana tidak lepas dari unsur ke-Indonesiaan. Misalnya ia selalu memilih lokasi-lokasi yang indah di Indonesia. Sebut saja Pulau Belitung (Provinsi Bangka-Belitung), Sumba Timur, Pacitan, Temanggung, Taman Nasional Bukit Dua Belas (Jambi), kawasan puthuk setumbu (Magelang), Pantai Plengkung, hingga Pulau Rote. Tidak hanya lokasi yang terkenal tetapi Mira Lesmana juga menjangkau kawasan-kawasan yang tidak begitu populer. Namun setelah film yang diproduseri Mira Lesmana ditayangkan, kawasan itu menjadi begitu terkenal di masyarakat. Misalnya Pulang Bangka Belitung lewat film Laskar Pelangi (2008) dan Sang Pemimpi (2009). Mira Lesmana dan Riri Riza tidak hanya menghasilkan film yang diapresiasi di Indonesia tetapi juga berkali-kali ditayangkan di festival film bergengsi dan ketat dalam menyeleksi film-film terbaik.

 

Sumber: (Erlangga, Y. 2021. Mira Lesmana: Menjadi Kreatif di Dunia Kreatif. Jakarta: Erlangga). 

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Scroll to Top